aku mengenal seorang kawan, dia pemuda yang dikemudian waktu tersesat di jalan raya kehidupan.
pada lalu-lalang metropolitan, yang kian hari membuat rambut kepala terabrasi.
pemuda patah hati dan sedang tidak ingin berdamai dengan tuhan, pun keadaannya.
pemuda patah hati dan sedang tidak ingin berdamai dengan tuhan, pun keadaannya.
satu waktu aku mengenalnya bagai gunung es yang menjulang tinggi terlihat congkak tapi gagah.
kali lain aku melihat binatang jalangnya Chairil anwar didirinya.
lain hari aku melihatnya seperti kelopak bunga lembut yang terbawa angin kehadapanku.
lain keadaan aku bertemu, seperti pohon jati yang tiba-tiba gugur karena musim.
kali lain aku melihat binatang jalangnya Chairil anwar didirinya.
lain hari aku melihatnya seperti kelopak bunga lembut yang terbawa angin kehadapanku.
lain keadaan aku bertemu, seperti pohon jati yang tiba-tiba gugur karena musim.
aku tak paham apa pikirannya terrantai di pasung masalau atau tidak.
yang pasti dengan tuhannya pun dia urung berdamai.
yang pasti dengan tuhannya pun dia urung berdamai.
pada gerombolan tarian ilalang, dan tegaknya pohon dadap aku coba berkisah tentang seorang teman, kau pasti bertanya aku berkisah tentang siapa?
ya dia seorang teman, entah kemudian.
ya dia seorang teman, entah kemudian.
9/8/17
(kursi goyang-Lampung)
(kursi goyang-Lampung)
Komentar
Posting Komentar